Home » » (In)confidence

(In)confidence

(In)confidence


Menurut penelitian perilaku seseorang di somed itu cerminan perilakunya di real live. Ada benarnya juga sih, tapi ini berlawanan dengan apa yg saya alami. Di sosmed saya merasa bebas mengekspresikan diri. Mau kritis, mau romantis, mau alay, mau lebay, mau humor sehumor-humornya suka-suka saya. Sejak pertama kali buat facebook dan twitter sekitar tahun 2008 (dibuatin sih) saya memang selalu mencoba memposting sesuatu yang lucu, seperti kejadian-kejadian receh yang sering orang alami tapi belum pernah terungkap, kadang juga memposting jokes-jokes lainnya. Semua itu saya lakukan untuk membangun personal branding.
Sebuah hal yang wajar ketika beberapa teman menanyakan beberapa pertanyaan seperti:
"Kamu kok bisa lucu sih?"
"Dapet inspirasi lucu darimana?"
"Udah kehabisan bahan lucuan?"
"Kenapa kamu lama nggak posting yang lucu tapi cuma ngeshare berita-berita politik?"
"Kenapa orang sakit hati yang nangis malah matanya?"
"Kenapa kalo cewek bilang "terserah" kemudian dunia berhenti berputar sejenak?".
Pertanyaan-pertanyaan konyol seperti itu yang membuat saya suka berlama-lama kalau udah main di sosmed. Bahkan lebih lama dari hubunganku yang sempat kandas dengannya. (Nangisss).
Iya, di sosmed saya memang terlihat selalu ceria, lucu, dan ekspresive. Buat orang yang banyak tau tentang saya lewat sosmed mungkin akan mengira kalau saya orang yang pinter ngomong, kritis, dan jenius dalam masalah humor. Padahal sebenarnya saya itu orangnya inconfidence. Saya nggak seceria, selucu dan se-sosmed itu. Saya masih sering tidak percaya diri, saya masih sering minder kalau ngadepin orang, saya masih sering Nervous saat bicara didepan orang, saya masih sering tertutup kalau berhadapan sama temen-temen, saya masih jadi orang yang lebih sering memilih tidur awal daripada begadang nongkrong berlama-lama di warung sama temen-temen.
Orang mungkin melihat saya lumayan vokal di depan khalayak. Memang sih, saat persentasi di kampus sebisa mungkin saya mencoba percaya diri, Dan di kampus juga saya sempat menjadi ketua Redaksi Majalah. Mungkin temen-temen kampus melihat saya dari situ. Padahal saat presentasi saya memang sudah menyiapkan alur pembicaraan, dan menjadi ketua Redaksi yang dibutuhkan keterampilan menulis, bukan berbicara.
Untungnya saya berprofesi sebagai guru yang menuntut saya untuk selalu confidence di depan siswa. Selebihnya ya di rumah saja, nongkrong, nonton, jalan kalo ada yang ngajak. Selain mengajar saya masih tetap berada di kantor menjadi staf administrasi (Tenaga Tata Usaha) di Sekolah, jadi saya masih tetap di kantor. Dipaksa untuk mendengarkan lagu pilihan yang diputer temen dengan speaker keras yang mebgharuskan seisi ruangan denger. Pengen dengerin musik sendiri pakai headset nanti malah disangka aneh. Hal-hal seperti ini sebenarnya yang membuat saya inconfidence kalau berada diantara orang-orang.
Saya selalu merasa lebih kecil, lebih bodoh, dan minder kalau melihat orang di sekitar saya. Dunia maya saya berbanding terbalik dengan real live saya. Anggapan dan pujian orang terhadap saya di sosmed semakin membuat saya menjadi tambah beban di real live.
Sampai saat ini saya masih terus belajar dan belajar untuk bisa membaur dengan semua orang disemua tempat pada semua keadaan. Media sosial seperti facebook (yang sekarang sudah jarang terpakai) dan twitter serta instagram (yang saat ini mash sering saya pakai) sangat membantu saya untuk menemukan banyak hal, salah satunya adalah cara bersosialisasi yang baik dengan banyak orang. Apalagi sekarang sosmed lebih menuntut kita untuk selalu bisa menyesuaikan diri. Dengan kreatifitas dalam bersosialmedia saya meyakini akan semakin mengasah kemampuan saya untuk beradaptasi di dunia baru yang nantinya akan membuat saya jadi lebih confidence. Kata dosen saya, keterampilan menulis itu adalah keteranpilan berbahasa yang paling tinggi, jadi semakin bagus tulisan seseorang, sudah bisa dipastikan keteranpilan berbahasa lainnya juga ikut bagus. Untuk sekarang saya jadi berkeinginan untuk nge-bloge lagi.
Dari semua curhatan diatas, saya berkesimpulan bahwa inconfidence itu bisa dirubah menjadi confidence asalkan kita mau belajar lebih banyak dengan memanfaatkan medsos sebaik-baiknya. Kemampuan kita yang bagus di sosmed bisa kita aplikasikan di real live kok.

0 komentar:

Posting Komentar

Flag Counter

Flag Counter

Pengikut

Label